Penyanyi : Review: The Peanuts Movie (2015)
Judul lagu : Review: The Peanuts Movie (2015)
Review: The Peanuts Movie (2015)
Artikel 2015, Artikel Alex Garfin, Artikel Animation, Artikel Bill Melendez, Artikel Comedy, Artikel Francesca Angelucci Capaldi, Artikel Hadley Belle Miller, Artikel Mariel Sheets, Artikel Noah Schnapp, Artikel Snoopy and Charlie Brown, Artikel Steve Martino, Artikel The Peanuts Movie,"If there's one person you want at your side at a time like this, it's your loyal dog."
Pada awalnya saya sangat optimis The Peanuts Moviedapat menjadi salah satu calon kuat di kategori animasi tahun ini, meskipun sejak pertengahan tahun kita sudah tahu siapa juaranya. Membawa pesan yang sederhana The Peanuts Movie memang berhasil menjadi sajian animasi yang lembut, bukan sebatas nostalgia bagi penonton dewasa namun juga berhasil menjadi petualangan yang manis bagi penonton muda, namun bagaimana setelah film ini berakhir? It’s good, but, yeah.
Setelah mendapat saran dari Lucy (Hadley Belle Miller) dan Linus (Alexander Garfin) agar ia lebih percaya diri dalam mengungkapkan perasaannya, Charlie Brown (Noah Schnapp) memutuskan untuk masuk ke tahap lanjut dalam usahanya meraih perhatian tetangganya Little Red-Haired Girl (Francesca Capaldi). Charlie berusaha berubah dengan berbagai cara, dari tampil di pertunjukan bakat hingga menari. Sementara disisi lain anjing setianya Snoopy (Bill Melendez) juga sedang tenggelam didalam imajinasi, menjadi pilot di Perang Dunia I, berhadapan dengan pesawat tempur Jerman The Red Baron untuk menyelamatkan cinta sejatinya, Fifi (Kristin Chenoweth).
Sumber utama cerita, Peanuts karya Charles M. Schulz, yang sudah hadir sejak ayah saya masih duduk di bangku sekolah dasar ternyata jadi masalah utama film ini. Sutradara Steve Martino dan tim penulis seperti punya tugas untuk tidak membuat ini jadi kemasan animasi yang hanya menghibur penonton muda, mereka juga mencoba untuk tidak mengecewakan penonton dewasa dengan berusaha membuat rasa nostalgia. Itu masalahnya, sama seperti cerita yang terbagi dua dengan konsep cerita didalam cerita The Peanuts Movie akhirnya terbagi menjadi dua bagian. Tidak salah memang tapi for me batasan yang mereka ciptakan perlahan terasa kasar, kesan yang muncul adalah bagian ini untuk penonton muda yang dapat "merepotkan" penonton dewasa, dan bagian ini untuk penonton dewasa yang mungkin akan sulit untuk klik dengan penonton muda.
Bukan berarti buruk, sama seperti Ice Age dan Rio film ini kembali menunjukkan kualitas dari Blue Sky Studios dalam hal menciptakan visual, manis terlebih cara mereka memainkan dimensi sehingga karakter hidup dengan sangat baik. Tapi sama seperti dua film tadi The Peanuts Movie ternyata hanya jadi film animasi yang fun tanpa kesan yang kuat. Aneh memang, The Peanuts Movie membawa pesan yang menarik, dari sikap pantang menyerah dan berusaha keras sampai dengan betapa pentingnya rasa percaya diri, skenario juga sudah menciptakan rute sederhana sehingga semuanya mudah untuk terasa relatable, tapi hasil akhir hanya oke. Film ini tahu pesona yang dimiliki karakter, tahu pesona dari pesan yang ia bawa, tapi dua hal itu saat di presentasi tidak terasa tajam.
Ya jika memakai pengandaian setelah menonton The Peanuts Movie sensasi yang saya rasakan adalah sama seperti saat selesai mandi dengan air hangat di kala summer, bukan dengan air dingin yang menyegarkan. Steve Martino sebenarnya tepat dalam memilih konsep yang bijak untuk film ini, semua di set untuk tampak manis dan sopan, bahkan humor juga tidak mencoba membuat penonton tertawa di level lol, tapi hal tersebut tidak ia temani dengan fokus yang kuat di cerita. Sensasi film ini adalah tipe ringan, Steve Martino set agar penggambaran terasa nyaman dan tidak pernah memasukkan hal-hal yang dapat menimbulkan gesekan atau yang bersifat mengancam, tapi disisi lain ia tampak kelabakan saat menggunakan karakter-karakter yang terkenal itu. Solusinya? Fokus, cerita terbagi dua namun harus fokus, cerita didalam cerita antara Charlie dan Snoopy perlahan terasa tumbuh tumpul.
Mengapa sepanjang review saya menaruh fokus pada cerita, bagaimana dengan elemen lainnya? Mereka tidak disinggung karena tidak ada rasa kurang memuaskan diantara mereka. Jika cerita The Peanuts Movie mampu lebih fokus ia dapat berada setingkat dibawah you-know-who dan bersaing dengan Shaun the Sheep Movie sebelum The Good Dinosaur mencari posisinya. Nilai plus? Visual manis, tanpa rasa ragu it's fun, dan yang terpenting pesan utama tersampaikan dalam level oke. Tidak ada minus besar di film ini, petualangan berisikan kepolosan dan komedi dengan rasa oddballs serta absurditas yang playful. Sayangnya ada minus kecil membekas buat saya, karena The Peanuts Movie punya potensi besar untuk berada di posisi akhir yang lebih baik. Oh, fyi, The Peanuts gang seharusnya tidak semua berada di kelas yang sama. Grrrh.
Thanks to: rory pinem
Demikianlah Artikel Review: The Peanuts Movie (2015)
Sekian Kunci gitar Review: The Peanuts Movie (2015), mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Chord gitar lagu kali ini.
Anda sedang membaca artikel Review: The Peanuts Movie (2015) dan artikel ini url permalinknya adalah https://inibioskop99.blogspot.com/2015/11/review-peanuts-movie-2015.html Semoga artikel ini bisa bermanfaat.
Tag : 2015, Alex Garfin, Animation, Bill Melendez, Comedy, Francesca Angelucci Capaldi, Hadley Belle Miller, Mariel Sheets, Noah Schnapp, Snoopy and Charlie Brown, Steve Martino, The Peanuts Movie,