Penyanyi : Review: Turbo Kid (2015)
Judul lagu : Review: Turbo Kid (2015)
Review: Turbo Kid (2015)
Artikel 2015, Artikel Aaron Jeffery, Artikel Action, Artikel Adventure, Artikel Anouk Whissell, Artikel Edwin Wright, Artikel François Simard, Artikel Horror, Artikel Laurence Leboeuf, Artikel Michael Ironside, Artikel Munro Chambers, Artikel Romano Orzari, Artikel Sci-fi, Artikel Turbo Kid, Artikel Yoann-Karl Whissell,Jika harus memilih film terkini untuk dijadikan contoh sederhana bagaimana Turbo Kid menghibur penontonnya maka saya akan pilih Mad Max: Fury Road yang dikombinasikan dengan Why Don't You Play in Hell? Ini adalah film menyenangkan yang membuat penontonnya senang dengan mengajak mereka bersenang-senang menyaksikan cerita dan karakter bersenang-senang. Turbo Kidadalah petualangan 90 menit yang menyenangkan, dan itu sebenarnya sudah sangat cukup untuk menggambarkan film ini, menghadirkan kembali sensasi yang dahulu mungkin selalu kamu dan saya rasakan ketika menyaksikan kartun di minggu pagi.
Pada tahun 1997 bumi mengalami gelombang peperangan dan meninggalkan kelompok kecil yang berniat unutk kembali membangun peradaban yang kini kering, salah satunya The Kid (Munro Chambers), pemulung yang juga pengguna sepeda BMX serta penggemar Turbo Rider. Tujuan utama The Kid adalah mengalahkan Zeus (Michael Ironside), sosok yang menguasai sumber air, serta anak buahnya Skeletron (Edwin Wright). Untung saja The Kid tidak sendiri dalam usaha mewujudkan rencananya tadi, ia bertemu dengan gadis lugu bernama Apple (Laurence Leboeuf), serta dibantu keberadaan Frederic (Aaron Jeffrey), juara panco yang sedang mencari saudaranya yang hilang.
Film ini memang bukan sebuah kartun tapi ia tampil dengan cara sebuah kartun menghibur penontonnya. Penggunaan Mad Max dalam pengandaian tadi lebih didasarkan pada cara film ini menyajikan elemen action, ini tampak seperti Mad Max dengan menggunakan BMX, tapi secara level gila-gilaan yang ia punya saya lebih suka menggunakan Why Don't You Play in Hell? sebagai perwakilan, memikat penonton dengan menggunakan aksi over-the-top penuh darah yang lucu dan konyol tanpa harus terasa bodoh dan menjengkelkan. Sejak awal hingga akhir ia terus dipompa dengan baik, menaruh kekerasan sebagai prioritas utama tapi disertai dengan transisi yang halus sehingga membuat penonton terus membangun imajinasi mereka, bagian yang paling saya suka karena sejak awal saya seperti bergerak tanpa beban yang besar di sektor cerita.
Turbo Kid adalah petualangan dimana dibawah kendali tiga orang (François Simard, Anouk Whissell, Yoann-Karl Whissell) ia tidak pernah memaksa penonton untuk berhadapan dengan materi yang terlalu serius tapi hiburan yang mayoritas di isi materi “kurang serius” mereka kemas dengan serius. Apresiasi patut diberikan pada bagaimana tiga sutradara menyusun agar masing-masing elemen dapat tampil menarik, dari action, komedi, bahkan horror. Mereka punya pukulan yang oke, mempermainkan visual dengan rapi dalam memberikan rasa liar, membuat drama tetap oke meskipun terus ditemani komedi, tapi yang lebih menariknya lagi adalah ia membuat kamu seolah punya koneksi dengan cerita dan karakter. Akhirnya Turbo Kid seperti bercanda dengan teman akrab dengan menggunakan hal-hal ekstrim, dan semakin unik karena teman tadi bukan hanya karakter protagonist.
Ah, gila, di bagian tengah cerita saya sempat berharap agar karakter antagonis dapat memperoleh ending yang baik, itu disebabkan karena mereka juga punya pesona yang membuat saya bergembira menyaksikan mereka. Meskipun begitu Munro Chambers dan Laurence Leboeuf tetap jadi bintang utamanya, chemistrymereka oke, kamu akan mudah menilai mereka punya rasa suka bukan hanya satu sama lain tapi juga suka melakukan apa yang mereka lakukan. Dan energi menyenangkan itu semakin kuat pancarannya ketika ia dibantu dengan soundtrack yang catchy, terasa cantik terutama pada saat pertempuran, begitupula dengan kostum yang terhitung kuat dalam membantu karakter memancarkan pesonanya serta sinematografi yang tentu saja punya pengaruh besar pada visual yang menghibur.
Satu-satunya kekurangan dari Turbo Kid adalah ia tidak menutup aksi bersenang-senang itu dengan sesuatu yang istimewa, sebuah noda kecil. Sebenarnya tidak masalah memang apalagi sejak awal ia tidak mencoba untuk tampil terlalu serius, tapi saat berakhir ada perasaan sedikit kurang nendang. Atau apakah itu efek dari kegembiraan yang ia berikan sebelumnya? Mungkin saja, karena potensi dimana energi penonton ikut terserap cukup besar karena mereka ditempatkan seperti menjadi karakter lain didalam petualangan yang menyenangkan ini. Sulit untuk mengatakan ini merupakan salah satu film terbaik tahun ini, tapi untuk masuk didalam daftar film favorit, sangat mudah.
Demikianlah Artikel Review: Turbo Kid (2015)
Sekian Kunci gitar Review: Turbo Kid (2015), mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Chord gitar lagu kali ini.
Anda sedang membaca artikel Review: Turbo Kid (2015) dan artikel ini url permalinknya adalah https://inibioskop99.blogspot.com/2015/09/review-turbo-kid-2015.html Semoga artikel ini bisa bermanfaat.
Tag : 2015, Aaron Jeffery, Action, Adventure, Anouk Whissell, Edwin Wright, François Simard, Horror, Laurence Leboeuf, Michael Ironside, Munro Chambers, Romano Orzari, Sci-fi, Turbo Kid, Yoann-Karl Whissell,