Penyanyi : Movie Review: Dirty Wars (2013)
Judul lagu : Movie Review: Dirty Wars (2013)
Movie Review: Dirty Wars (2013)
Artikel 2013, Artikel David Riker, Artikel Dirty Wars, Artikel Documentary, Artikel Drama, Artikel Jeremy Scahill, Artikel Movie Review, Artikel Rick Rowley,"This force will be continually searching for a nail."
Tahun lalu ada The Invisible War yang berhasil menghadirkan kisah penuh emosional yang menguak sebuah sistem memalukan yang eksis di dalam dunia militer USA. Kali ini masih sama, bermain dalam sistem yang terkait aksi militer USA, namun dengan lingkup yang jauh lebih luas, sebuah perang global yang berjalan dengan cara kotor dan tersembunyi. Dirty Wars, dirty enough.
Ini adalah kisah dari seorang koresponden majalah The Nation bernama Jeremy Scahill, sosok yang pernah menguak kasus Blackwater, dan mencoba mengalihkan rasa ingin tahunya yang begitu besar pada kasus baru terkait sistem “the world is a battlefield” dari mantan Presiden USA, Bush, yang ternyata masih diteruskan oleh Obama hingga kini, rudal dan pesawat tak berawak untuk menyelesaikan masalah. Perang tersembunyi itu yang coba dijabarkan oleh Jeremy Scahill, melakukan investigasi dari Afghanistan, Yaman, hingga Somalia.
Di Afghanistan ia menemukan kejadian dimana tentara Amerika diklaim melakukan serangan malam hari tanpa pandang bulu. Di Yaman, Scahill menemukan fakta terkait seorang aktivis Al Qaeda bernama Anwar al-Awlaki yang tewas tanpa tuduhan dan keadilan. Di Somalia, ia mendapati bahwa militer lokal ternyata dibayar oleh USA untuk melawan aksi pada ekstremis. Jeremy Scahill coba menguak fakta bahwa perang yang eksis sekarang ini bukan hanya aksi saling tembak di medan tempur, ia sudah mulai menjangkau ranah hukum.
Sebenarnya bukan hanya USA negara yang selalu menimbulkan keresahan terkait dengan perihal peperangan, banyak, sangat banyak malah, ada Korea Utara yang sudah bersikap tegas, negara dibagian timur tengah, negara asia timur lainnya, hingga daratan Eropa. Namun apa yang menyebabkan USA selalu menjadi momok utama adalah status mereka sebagai negara adidaya yang tersisa pasca pecahnya Uni Soviet. Hal tersebut yang menjadikan aksi militer USA selalu menjadi objek penuh kecurigaan, apa yang mereka rencanakan dibalik senyuman para petingginya, organisasi dan operasi rahasia apa yang telah mereka bangun?
Ini adalah dokumenter yang berani, sama beraninya dengan apa yang dilakukan oleh The Act of Killing. Aksi eksplorasi pada program militer itu memang dibentuk dalam perjalanan yang sedikit berbelit-belit, namun anda kemudian dapat melihat kegigihan dari seorang Jeremy Scahill yang pada akhirnya menghadirkan pertanyaan betapa pentingnya kasus ini bagi dunia? Dengan cara yang sangat terbuka ia mengungkapkan kebenaran dibalik terror dan konspirasi perang global, secara rinci menjabarkan J-SOC, mengupas fakta sesungguhnya dari aksi pembunuhan tidak adil yang bahkan ikut melibatkan wanita hamil, bayi, da anak kecil sebagai korban.
Namun keputusannya sejak awal yang hanya ingin mencoba menggambarkan “perang kotor” sedikit member dampak negatif. Memang sangat sangat provokatif, namun ia kurang berhasil dalam hal memisahkan dunia hitam dan dunia putih. Ini seperti menyaksikan beberapa isu kelas berat yang dilemparkan tanpa disertai keberanian untuk mengambil sikap, kurang berhasil meyakinkan penontonnya mana yang jahat dan mana yang baik. Tindakan tersebut yang pada akhirnya menjadikan penonton kerap kali merasa ragu pada kisah yang ia berikan, ada sedikit pertarungan antara fakta dan pendapat yang menahan saya untuk mencoba menggali lebih dalam isu-isu yang sesungguhnya dapat dengan mudah memprovokasi penonton yang hanya berpikiran satu arah.
Kurang tampak ketulusan yang ia suntikkan pada misi utama, cara film ini berbicara juga kerap kali membuat saya merasa seperti sedang melihat Jeremy Scahill melakukan self-acclaimed, keputusannya untuk ikut masuk kedalam cerita menjadi salah satu subjek seperti sebuah upaya untuk menciptakan arena show off yang mencoba menunjukkan perannya bagi keamanan USA. Namun beberapa kelemahan minor tadi langsung tertutupi ketika kita sebagai penonton mulai menaruh kembali atensi pada konflik terkait pemerintah USA. Secara mengejutkan ini haunting. Ada satu kalimat, terlepas itu fakta atau pendapat, yang mengatakan bahwa di bawah kendali Presiden Obama USA justru dapat bergerak jauh lebih bebas di medan perang. Boom!!
Ya, andai saja ini dapat dikemas sedikit lebih padat dan dibangun dengan sikap yang sedikit saja lebih berani dan tegas, ketimbang hanya sebatas melemparkan isu, ini dapat menjadi salah satu dokumenter terbaik tahun ini. Dari segi teknis yang kinerja Rick Rowley terasa cukup baik, momentum dari pergerakan cerita yang Scahill susun bersama David Riker juga terasa cukup mumpuni, namun hal-hal mengejutkan hasil petualangannya dari Afghanistan, Yaman, hingga Somalia itu tidak berhasil disatukan menjadi kombinasi yang semakin menekan isu utama, perang yang kotor. Ketika ia hadir bahaya itu sangat terasa, namun setelah film selesai isu tersebut kurang mampu bermain-main di ingatan penontonnya.
Overall, Dirty Wars adalah film yang cukup memuaskan. Dirty Wars berhasil membuat penontonnya yakin pada beberapa isu yang selama ini hanya berada di zona abu-abu. Aksi militer USA, membunuh untuk berkuasa, konspirasi global, ini adalah sebuah aksi investigasi yang cukup menakutkan, ketika ia hadir. Ya, karena sikap kurang tegas dan sedikit dramatisasi kurang mumpuni yang ia tampilkan menjadikan isu-isu potensial isu pada akhirnya berlalu begitu saja ketika film selesai tanpa meninggalkan rasa cemas yang sama besarnya.
Demikianlah Artikel Movie Review: Dirty Wars (2013)
Sekian Kunci gitar Movie Review: Dirty Wars (2013), mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Chord gitar lagu kali ini.
Anda sedang membaca artikel Movie Review: Dirty Wars (2013) dan artikel ini url permalinknya adalah https://inibioskop99.blogspot.com/2013/12/movie-review-dirty-wars-2013.html Semoga artikel ini bisa bermanfaat.
Tag : 2013, David Riker, Dirty Wars, Documentary, Drama, Jeremy Scahill, Movie Review, Rick Rowley,