Movie Review: The Hunger Games: Catching Fire (2013)

Movie Review: The Hunger Games: Catching Fire (2013) - Hallo sahabat Chord Gitar Indonesia, Pada sharing Kunci gitar kali ini yang berjudul Movie Review: The Hunger Games: Catching Fire (2013), saya telah menyediakan lirik lagu lengkap dengan kord gitarnya dari awal lagi sampai akhir lagu. mudah-mudahan isi postingan kunci gitar yang saya tulis ini dapat anda pahami. okelah, ini dia chord gitarnya.

Penyanyi : Movie Review: The Hunger Games: Catching Fire (2013)
Judul lagu : Movie Review: The Hunger Games: Catching Fire (2013)

lihat juga


Movie Review: The Hunger Games: Catching Fire (2013)

Artikel 2013, Artikel Action, Artikel Adventure, Artikel Catching fire, Artikel Donald Sutherland, Artikel Elizabeth Banks, Artikel Francis Lawrence, Artikel Jennifer Lawrence, Artikel Josh Hutcherson, Artikel Movie Review, Artikel Philip Seymour Hoffman, Artikel Sci-fi, Artikel The Hunger Games, Artikel Woody Harrelson,

"Every revolution begins with a spark."

I am a Tribute, that’s for sure. Namun anehnya antusiasme pada film kedua dari TheHunger Games ini sejak awal sesungguhnya tidak begitu besar, karena imo Catching Fire adalah buku paling lemah di antara dari tiga novel karya Suzanne Collins. Catching Fire hanya berisikan pengulangan dengan bumbu trik politik, ibarat sebuah jembatan yang menghubungkan The Hunger Games dengan ledakan besar pada Mockingjay. Hal tersebut juga akan dihadirkan oleh The Hunger Games: Catching Fire, sebuah memorable popcorn movie yang di eksekusi dengan penuh rasa percaya diri, surprisingly become a solid and full enjoyment ride, nearly awesome.

Tindakan Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) yang seperti berupaya untuk menunjukkan cintanya pada Peeta Mellark (Josh Hutcherson) saat babak akhir The Hunger Games ke-74 lalu mungkin telah berhasil mengaduk-aduk emosi penduduk Capitol, namun hal tersebut tidak berlaku pada Presiden Snow (Donald Sutherland). Sebuah upaya terselubung untuk menghidupkan kembali pemberontakan, itu penilaian Snow pada aksi Katniss, yang kemudian mencoba untuk mencegah semakin besarnya api yang telah tersulut itu dengan memerintahkannya menunjukkan pada seluruh Panembahwa ia benar-benar mencintai Peeta pada parade pemenang yang diadakan mengelilingi negeri.   

Tidak cukup sampai disitu, dengan mengganti gameskeeperyang kini ia berikan pada Plutarch Heavensbee (Philip Seymour Hoffman), Snow memanfaatkan momentum perayaan The Hunger Games setiap 25 tahun sekali (Quarter Quell) sebagai jalan lain, mengumpulkan kembali para pemenang dari tiap distrik kedalam arena. Masih dibawah bimbingan Haymitch Abernathy (Woody Harrelson) dan Effie Trinket (Elizabeth Banks), serta support dari Cinna (Lenny Kravitz), Katniss dan Peeta kembali ke arena, namun kali ini bukan hanya mengusung misi untuk sekedar bertahan hidup, tapi sebagai simbol dalam sebuah indirect fight dengan Presiden Snow untuk memperebutkan api yang telah tersulut, padam atau terbakar semakin besar.


Sulit untuk berupaya agar terus dapat bersikap objektif secara mendetail dalam menilai The Hunger Games: Catching Fire, karena sebuah fakta yang tidak dapat dipungkiri pasti akan ada kepuasan tersendiri ketika apa yang selama ini anda baca berhasil di transfer secara tepat sasaran kedalam bentuk visual yang menyenangkan, membuat anda kembali membuka memori dari tiap lembar yang pernah anda baca. Itu yang berhasil diberikan oleh The Hunger Games: Catching Fire (THG: CF). Francis Lawrence yang kini mengambil alih kendali utama berhasil menjadikan petualangan kedua ini sebagai sebuah blockbuster yang straightforward, bermain dengan materi klasik tanpa terkesan bodoh (ups, sorry).

Ini seperti menyaksikan dua paket dalam satu kemasan. Francis Lawrence masih menggunakan formula standard dari cara menjual kisah cinta khas Hollywood, cinta segitiga, termasuk di dalamnya kissing scene yang kuantitasnya cukup mengejutkan, hingga  tidak meninggalkan permainan ambiguitas. Namun apa yang menyebabkan THG: CF tidak jatuh menjadi sebuah kemasan murahan adalah ia tetap fokus pada misi utama, menghadirkan sebuah propaganda tentang kejamnya sistem dan tatanan sosial saat ini, yang dikemas dengan dominasi nada suram. Francis Lawrence pintar memanfaatkan karakter yang ia miliki untuk menyampaikan semua pesan kecil, menjaga momentum dan dinamika pergerakan cerita, memberikan sentuhan humor yang tepat dan kemudian menghujam penontonnya dengan kejutan, baik itu pada visual dan cerita.

The Hunger Games: Catching Fire memperoleh keuntungan dari keputusannya untuk setia pada novel. Ini bertumbuh, menghadirkan perkembangan dari pendahulunya. Dasarnya masih sama (sekali lagi, Catching Fire adalah sebuah pengulangan dengan sentuhan aksesoris baru), namun semua materi yang sudah ada kini terasa semakin dalam dan kompleks. Dibiarkan berjalan lambat oleh Francis Lawrence, ia ingin penontonnya terjerat semakin dalam pada konflik dengan penindasan sebagai tema utama itu, arena pertarungan sebagai penggambaran dunia yang mengerikan, kegembiraan bersama kemewahan dibalik kematian jiwa miskin tak berdosa, rasa takut yang justru menghambat terjadinya hal yang benar, gotong-royong, sebuah perjudian dan investasi jangka panjang untuk dua film selanjutnya.


Memang pasti akan ada yang menilai film ini terasa underwhelming, terlalu sibuk membangun konflik (satu jam lebih) dan kurang peduli pada bagian pertarungan. Hal tersebut akan membuat elemen pertarungan seperti kurang padat, kurang kompleks, dan terkesan terlalu cepat. Namun seperti yang saya singgung sebelumnya, The Hunger Games: Catching Fire sendiri hanya punya satu tugas utama, dan itu tunggal, sebagai sebuah jembatan penghubung antara film pertama dengan dua bagian finale, yang menurut saya merupakan bagian terbaik dari trilogy ini. Jika menaruh tugas tersebut sebagai fokus utama, sebagai sarana untuk menjalankan upaya mereka membawa penontonnya masuk kedalam sebuah pertarungan besar, THG: CF berhasil menjalankan tugasnya pada level yang memuaskan.

Script menjadi salah satu kunci utama kesuksesan THG: CF. Ya, gold will always be a gold, film ini sangat terbantu oleh kombinasi dua sosok kelas Oscar yang pernah berada dibalik kesuksesan film semacam Slumdog Millionaire, 127 Hours, Little Miss Sunshine, Toy Story 3, dan Brave. Simon Beaufoy dan Michael Arndt kembali membuktikan kepiawaian mereka, berhasil menerjemahkan novel dengan sedikit modifikasi namun tidak kehilangan irama cerita, pintar memilih setiap point penting yang perlu digali sedikit lebih dalam, menjadikan narasi dan alur cerita terus bergerak halus sehingga sangat mudah dipahami bagi penonton umum. Mereka juga tahu bagaimana menciptakan ruang bagi karakter untuk bermain dengan sisi emosional dan romantisme, elemen yang meskipun kurang kuat namun semakin memperkokoh tema utama dan menambah kekayaan karakterisasi.

Cukup satu kata untuk menyederhanakan performa dari divisi akting yang dimiliki The Hunger Games: Catching Fire, gemilang. Jennifer Lawrence berhasil memanfaatkan kondisi dari karakternya yang sudah terbentuk, kemudian membangun Katniss agar semakin kuat, terasa dekat dengan penonton, rebellion dan heroism yang memikat, serta menjauhkan manipulasi romansa agar tidak terlalu overdo. Kinerja pemeran dibelakang J-Law tidak kalah cemerlang, bahkan sulit untuk memilih posisi kedua. Walau minim Josh Hutcherson dan Liam Hemsworth masih berhasil menjaga nafas cinta segitiga, dan ada sekurangnya delapan karakter sekunder yang selalu mampu memanfaatkan bagian mereka untuk mencuri perhatian dan tetap berkontribusi pada pergerakan cerita, Woody Harrelson, Elizabeth Banks, Donald Sutherland, Sam Claflin, Jeffrey Wright, Jena Malone, Philip Seymour Hoffman, dan tentu saja Stanley Tucci.



Overall, The Hunger Games: Catching Fire adalah film yang memuaskan. Film ini dengan penuh rasa percaya diri berhasil menghadirkan eksekusi yang menjauhkan pengulangan dari materi miliknya dari jurang kehancuran, memang tidak memberikan sebuah loncatan dalam skala yang sangat besar pada sektor kualitas, namun berhasil menciptakan sebuah pertumbuhan yang memikat, semakin provokatif lewat cara implisit dan menawan, semakin memperdalam kekuatan dari karakter serta konflik sebagai persiapan bagi dua hidangan penutupnya. Oh, Catnip, Mockingjay!!





Demikianlah Artikel Movie Review: The Hunger Games: Catching Fire (2013)

Sekian Kunci gitar Movie Review: The Hunger Games: Catching Fire (2013), mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Chord gitar lagu kali ini.

Anda sedang membaca artikel Movie Review: The Hunger Games: Catching Fire (2013) dan artikel ini url permalinknya adalah https://inibioskop99.blogspot.com/2013/11/movie-review-hunger-games-catching-fire.html Semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Tag : , , , , , , , , , , , , , ,